Ad Maiorem Dei Gloriam

Story : Kasih yang berkorban

Ada seorang ibu mempunyai tiga orang anak. Satu saat sang ibu sedang duduk menulis surat dengan serius. Datanglah anak pertama dan berkata kepadanya, "Bu, aku mengasihimu!"

Mendengar kakaknya berkata demikian, adik kedua tidak mau ketinggalan. Ia datang mendekati ibunya, lalu berkata pula, "Ibu, di antara kami bertiga, akulah yang lebih mengasihi ibu!"

Si bungsu yang memperhatikan dengan serius tindakan kedua kakaknya, segera meninggalkan mainannya, lalu datang kepada ibunya. Si bungsu tidak berkata apa-apa, tetapi ia langsung memeluk ibunya dengan penuh kasih. Setelah itu mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Tak lama kemudian hujan turun sangat deras disertai guruh dan kilat yang sambar-menyambar. Sang ibu yang sudah selesai menulis surat memanggil anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk mengeposkan surat tersebut.

Sang ibu menekankan bahwa surat itu sangat penting dan harus segera dikirim. Anak yang pertama beralasan, "Bu, di luar hujan, aku tidak bisa pergi." Datanglah anak yang kedua dan beralasan, "Bu, aku lagi mengerjakan PR, harus selesai sore ini."

Si bungsu diam-diam mengambil mantel dan berkata sambil tersenyum, "Bu, saya yang akan mengantarkan surat ke kantor pos." Sahut ibunya, "Sabar nak, di luar masih hujan." Si bungsu mengambil surat itu lalu pergi mengantarkannya ke kantor pos, meskipun hari masih hujan.

Seringkali kita berkata kepada orang tua kita, "Bapa, mama, aku mengasihimu." Tetapi itu hanyalah ucapan yang keluar dari mulut, dan bukan dari dasar hati yang terdalam. Dalam kenyataannya, kita cenderung seperti anak pertama dan kedua yang seringkali menyatakan kasih kepada orang tua dan sesama kita, tetapi tidak ada aksi nyatanya. Kita memang perlu mengungkapkan bahwa kita mengasihi orang tua dan sesama kita, namun yang terpenting adalah menyatakannya melalui sikap dan tindakan nyata yang benar-benar tulus.
Sering kita berkata-kata kepada Tuhan, "Tuhan saya mengasihiMu.....", namun kita hanya berkata-kata saja tanpa benar-benar mengasihiNya...tanpa mewujudkannya melalui perbuatan kita.....

0 comment:

Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan. (Luciano de Crescenzo)
Semesta merespon setiap kehendak kita. Apa yang kita pikirkan dan percayai sepenuh hati, akan menjadi semacam doa yang terkirim pada dunia
dan semesta akan memberikan semua keinginan kita. Kuncinya adalah berusaha tetap berenergi tinggi dan memakai kekuatan kehendak dengan cara positif.

Masa lalu adalah masa lalu (past), masa depan adalah masa depan (future). Tetapi masa kini adalah hadiah. Oleh karena itu disebut present. We live for today…so don’t look back.

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP