Story : If You Love Me.... (you must....)
Courtesy : Simon Rivian
Pasangan ini bertengkar terus selama 40 tahun dan tampaknya tak ada yang benar dalam perkawinan mereka. Kakek dan nenek ini bertahan demi anak, takut perceraian akan mempengaruhi mereka. Kini, semua anak mereka sudah dewasa dan berkeluarga. Tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Yang mereka inginkan hanya menjalani hidup sendiri-sendiri. Ingin bebas dari semua masa tidak bahagia yang mereka alami dalam perkawinan. Karena itu, mereka sepakat untuk cerai.
Si pengacara merasa sulit menyiapkan surat-surat untuk perceraian ini. Dia tak habis pikir, sudah menikah 40 tahun dan di usia 70, mengapa masih juga ingin cerai. Tetapi karena tak bisa didamaikan lagi, ia menyiapkan semuanya.
Ketika kembali ke kantor pengacara untuk tanda tangan surat, si istri berkata kepada suaminya,“Saya benar-benar mencintaimu, tapi saya benar-benar tak bisa bertahan lagi. Saya minta maaf.”
“Ya, tidak apa-apa. Saya mengerti,” kata suaminya.
Melihat hal ini, si pengacara menyarankan untuk makan malam bersama, hanya mereka bertiga saja.
Si istri berpikir, mengapa tidak. Bagaimana pun mereka masih berteman.
Di meja makan, suasana hening dan janggal. Hidangan pertama adalah ayam panggang. Si suami lalu mengambil paha bawah untuk istrinya, “makanlah, ini kesukaanmu” katanya.
Melihat hal ini, si pengacara berpikir, kemungkinan masih ada harapan. Tapi si istri merenggut dan berkata, “masalah selalu seperti ini. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, tak pernah memikirkan bagaimana perasaan saya. Tak pernah tahu, saya benci paha bawah.”
Si istri tidak tahu, selama tahun-tahun perkawinan mereka, suaminya berusaha dengan segala cara untuk menyenangkannya. Dia tak tahu, paha bawah adalah favorit suaminya.
Si suami tak tahu, istrinya menganggap sama sekali tidak mengerti dia. Si suami sama sekali tak tahu, istrinya tak suka paha bawah padahal ia menginginkan yang terbaik untuknya.
Malam itu, sesudah kembali ke tempat tinggal masing-masing, keduanya tak bisa tidur. Si suami akhirnya tak tahan. Dia tahu, dia masih mencintai istrinya dan tak bisa hidup tanpa dia. Dia ingin istrinya kembali dan ingin minta maaf. Ingin mengatakan kepadanya, “Saya cinta padamu”.
Si suami lalu menelepon istrinya. Ia terus menerus memutar nomor telepon istrinya. Di seberang sana, si istri juga sedih. Dia tak habis pikir, bagaimana mungkin, sesudah puluhan tahun, suaminya belum juga mengerti dia sama sekali. Dia sangat mencintai suaminya, tapi dia sudah tak tahan. Kendati pun teleponnya terus berdering, dia tak mau angkat karena tahu itu pasti suaminya.“Apa gunanya bicara lagi. Semua sudah berakhir. Saya sudah minta cerai dan sekarang saya harus menjalaninya. Jika tidak, saya kehilangan muka.” pikirnya.
Telepon masih terus berdering, ia lalu memutuskan mencabut kabel telepon. Dia sama sekali tidak tahu suaminya punya masalah.
Esok paginya, nenek itu menerima kabar suaminya telah meninggal. Si nenek bergerak ke apartemen suaminya. Ketika di sana, ia melihat suaminya tergeletak di lantai sambil memegang telepon. Suaminya mendapat serangan jantung ketika berusaha menghubunginya.
Si nenek sangat sedih, ia membereskan barang-barang suaminya. Ia menemukan polis asuransi bertanggal hari perkawinan mereka. Di dalam file itu juga terdapat nota. “Untuk istriku tercinta, ketika membaca nota ini, saya yakin sudah tidak ada. Saya beli polis asuransi ini untukmu. Kendati hanya 100.000 dollar, saya mengharap bisa membantu meneruskan janjiku ketika kita menikah. Jika saya sudah tidak ada lagi, saya ingin uang ini bisa menjamin kehidupanmu, sebisa akan saya lakukan jika saya hidup lebih panjang. Saya ingin kamu tahu, saya selalu ingin berada di sampingmu. I LOVE YOU.”
Si nenek menangis terus. Rasanya tak ada yang bisa membendung air matanya.Jika anda mencintai seseorang, katakan kepadanya.
Anda tak tahu apa yang akan terjadi pada menit-menit berikutnya.
Belajar membangun hidup bersama.
Belajar saling mencintai.
Mencintai apa adanya.
0 comment:
Post a Comment