Meditation : Kelakuan anak laba-laba
Courtesy by : Budi Sardjono, Majalah UTUSAN, September 2008, hal. 17
Dan waktunya tiba juga. Puluhan telur itu telah menetas. Puluhan laba-laba kecil berwarna putih kemerah-merahan bermunculan. Momi, si induk laba-laba, lalu berdiam diri. Ia biarkan puluhan anaknya itu mengerumuni tubuhnya. Mereka naik dari segala arah. Lalu ramai-ramai puluhan anak laba-laba itu menghisap cairan dari tubuh Momi induknya. Momi diam. Seolah ia tahu persis bahwa begitulah takdir yang harus dijalani. Ia menyediakan cairan di tubuhnya untuk dihisap anak-anaknya agar mereka bisa hidup.
Setelah puluhan anak laba-laba itu kenyang dan mendapat cukup energi, mereka pun meninggalkan induknya. Mereka mencari kehidupannya sendiri. Menjadi predator atau jadi korban predator lain. Sedang Momi sekarat lalu mati !.
Tidak ada makhluk lain yang bernasib seperti induk laba-laba. Rela mati agar anak-anaknya memperoleh hidup.
Dan kita ? Jangankan memberi nyawa, memberi sebagian harta untuk mereka yang membutuhkan pun sering berpikir puluhan kali, karena memberi adalah pekerjaan yang paling berat. Alih-alih berpikir untuk orang lain, urusan perut sendiri pun tidak pernah selesai.
Dalam beberapa hal kita lebih mudah mewarisi moral anak laba-laba. Tanpa merasa berdosa membunuh induk sendiri. Jarang kita mau meniru pengabdian si Momi. Alih-alih memberi, kita justru menipu induk kita.
0 comment:
Post a Comment