Story : Sampai Maut Memisahkan Kita
Courtesy by : Barbara De Angelis, Ph.D. @ Chicken Soup for The Couple's Soul
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Agustus 2000
Pada tahun 1912 Bu Strauss dan suaminya naik Titanic dalam pelayaran perdananya yang membawa maut itu. Tak banyak wanita yang tenggelam bersama kapal itu, tetapi Bu Strauss adalah satu dari sedikit wanita yang tidak selamat karena alasan sederhana, dia tidak tega meninggalkan suaminya...
Beginilah Mabel Bird, pelayan Bu Strauss, yang selamat dari kecelakaan itu, bercerita setelah dia diselamatkan : " Ketika Titanic mulai tenggelam, wanita-wanita yang panik dan anak-anak adalah yang pertama-tama dipindahkan ke sekoci. Pak dan Bu Strauss tampak tenang dan menghibur para penumpang. Mereka bahkan menolong orang-orang naik ke sekoci". "Kalo tidak karena mereka," kata Mabel,"aku pasti tenggelam. Aku orang keempat yang naik ke sekoci kelima. Bu Strauss menyuruhku naik, lalu menyelimutiku dengan selimut hangat."
Kemudian, Pak Strauss menyuruh istrinya naik menyusul pelayannya dan orang-orang lain. Bu Strauss beranjak hendak naik. Satu kakinya sudah berada di dalam sekoci, tetapi tiba-tiba dia berubah pikiran, dia berbalik lalu melangkah kembali ke kapal yang sedang tenggelam.
"Sayangku, naiklah ke sekoci!", suaminya memohon.
Bu Strauss lekat-lekat menatap mata pria yang menghabiskan sebagian besar hidup bersamanya. Pria yang menjadi sahabat karibnya, belahan jiwanya yang sejati, dan yang selalu memberikan penghiburan baginya. Dia meraih tangan suaminya dan mendekapkan tubuh Pak Strauss yang gemetar ke dadanya.
"Tidak", kata Bu Strauss dengan gagah, seperti kemudian diceritakan orang. "Aku tidak akan naik sekoci. Kita sudah bersama-sama selama bertahun-tahun. Kita sudah tua sekarang. Aku tidak akan meninggalkanmu. Ke manapun engkau pergi, aku ikut."
Dan begitulah, mereka terlihat untuk terakhir kalinya berdiri berpelukan di geladak. Wanita yang penuh pengabdian itu dengan mantap berlindung dalam pelukan suaminya, sementara suaminya dengan penuh cinta memeluk dan melindunginya. Perlahan-lahan kapal tenggelam semakin dalam. Selalu bersama...... untuk selamanya......
0 comment:
Post a Comment